Love Story

Posted: 29 November 2012 in Other, Uncategorized
Tag:, , , , , ,

Siang itu udara terasa sangat panas sekali. Apalagi hari ini Nita harus mengerjakan banyak tugas dari gurunya. Sebenernya, tugasnya cuma sedikit, tapi karena dia tidak mengejarkan tugasnya yang lalu, jadilah bertumpuk-tumpuk tugas siap menantinya.

Setelah sampai dirumah, dia segera berganti pakaian dengan baju santai. Setelah mengganti pakaiannya, dengan cepat dia menuju meja makan. Jika hari-hari sebelumnya, setelah makan dia akan tidur tapi untuk kali ini tidak. Dia menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas-tugasnya yang sudah mulai menumpuk.

Dibukanya laptop kesayangannya yang berwarna merah itu. Didalam kamar, dia berkutat dengan laptop kesayangannya itu. Selama ini memang laptop itulah yang selalu menjadi teman disaat dia sedang sibuk mengerjakan tugasnya. “Huh, tugas banyak banget, sih. Capek, nih.” Keluh Nita.

*****

Butuh waktu tiga jam untuk menyelesaikan semua tugasnya. “Huh, lega juga.” Dia menyalakan tv yang ada di dalam kamarnya. “Gak ada yang menarik”. Dengan kesal, di pencetnya salah satu tombol pada remote tv. Beberapa menit kemudian, dia mendapatkan sebuah ide briliant. Di carinya sesuatu di dalam laci kamarnya.

“Nah, ini dia.”

Tanpa banyak basa-basi lagi. Dia mulai memasang modemnya di laptop. Tanpa butuh waktu lama, Nita sudah bersiap untuk menjelajahi dunia dengan modem dan laptop kesayangannya. Iseng dia membuka facebooknya.

Di tengah asiknya berkutat dengan facebook. Tiba-tiba saja ada satu pesan di kotak chat. Nita merasa tidak pernah mengenal orang itu. Nama facebook-nya “Ifan Sang Pahlawan”. Dengan segera dibukanya pesan chat dari Ifan. Mungkin adalah temannya yang dia sendiri sudah lupa, begitu pikirnya.

“Hai.”

“Oh, hai. Siapa ya?”

Ternyata cowok itu adalah teman sekolah Nita. Cuma memang mereka beda kelas. Begitulah awal perkenalan mereka hingga terjadi obrolan seru di antara mereka. Tentang tugas, anak aneh penghuni kelas Ifan, bahkan guru killer pun juga tak luput dari obrolan mereka. Tak terasa hari sudah mulai sore. Di lihatnya jam di laptopnya, pukul 17.00, saatnya untuk mandi. Dia berpamitan pada teman barunya. Baru saja dia akan keluar dari facebook, ada satu pesan chat dari Ifan. “Minta nomer hape kamu, doong J”. Nita menyempatkan membalas chat itu sebelum akhirnya mematikan laptopnya dan berlalu ke kamar mandi.

*****

Malamnya, seusai belajar, Nita membuka hapenya. Ada 3 sms berturut-turut. Ketika dibuka, semuanya pesan itu dari nomor-nomor yang tidak dia kenal. Dua dari sms tersebut berisi pesan kosong, namun yang satu berisi sms dari Ifan. Dengan girang, ia segera membaca dan membalasnya.

Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu di ruang perpustakaan sekolah. Tak ayal, obrolan seru pun terjadi. Terkadang, karena terlalu seru hingga membuat mereka di tegur oleh petugas penjaga perpustakaan. Mereka saling merasa nyaman antara satu dengan yang lainnya. Hingga, terjalinlah kedekatan di antara mereka.

Setelah pertemuan pertama, kini mereka jadi semakin dekat. Nita yang dulunya tidak peduli dengan hapenya, sekarang jadi sangat perhatian dengan benda tersebut. Menanti sms demi sms yang masuk. Tentu saja hanya sms dari Ifan-lah yang dia tunggu.

*****

Sampai suatu hari, mereka memutuskan untuk bertemu kembali. Kali ini mereka akan bertemu di sebuah taman di dekat rumah Nita. Nita berdandan dengan cantik dan anggun. Dengan rok warna hitam di padukan dengan kaos panjang berwarna merah di tambah aksesoris kalung serta jam dan sepatu berwarna merah menambah kesan kefemininannya. Pukul setengah tujuh Nita sampai di taman dan di lihatnya Ifan sudah menunggu di bangku taman.

“Sorry. Nunggu lama, yaa?”

“Nggak, kok. Barusan.” Jawab Ifan keki. Suasana jadi terasa canggung.

Sampai Akhirnya Ifan mengatakan sesuatu yang membuat Nita terkejut, bahagia, senang, serta terharu. Ternyata selama ini, cintanya pada Ifan tidak hanya bertepuk sebelah tangan.

“Nit, gue suka sama lo. Gue mau, lo jadi pacar gue.” Kata Ifan sambil berlutut dan memberikan seikat bunga mawar merah untuk Nita.

Sesaat, Nita terkesiap. Tak bisa berkata-kata. Tak pernah di sangkanya Ifan bisa melakukan hal seromantis itu, padahal selama ini Ifan di kenal sebagai seorang cowok cuek dan sedikit arrogant. Tapi, tidak perlu waktu lama bagi Nita untuk memberi jawaban dan menerima Ifan sebagai pacarnya. Sejak saat itulah mereka berdua berpacaran. Semakin lama, Nita semakin merasa rasa sayangnya untuk Ifan terus bertambah. Begitu pula dengan Ifan.

Sampai pada suatu hari, Nita mendengar gossip tentang pacarnya berselingkuh dengan seorang cewek teman sekelas Ifan. Namun, karena rasa sayangnya pada Ifan, dia sama sekali tidak memperdulikan gossip tersebut. Dia juga sudah mencoba menanyakan hal itu pada Ifan, namun Ifan selalu membantahnya. Demi menjaga hubungan cintanya dengan Ifan, dia selalu berusaha percaya dan menyembunyikan perasaan cemburunya karena gosip-gosip itu. Nita tidak ingin hanya karena masalah sepele hubungannya dengan Ifan menjadi hancur.

Kkkrrriiiinngg… Bel istirahat tiba. Semua murid berlarian keluar kelas. Tentu yang paling banyak adalah dengan tujuan kantin. Seperti yang lainnya, Nita dan teman-temannya sedang makan di kantin sekolah. Kini mereka sudah memperoleh tempat duduk setelah berebut dan menembus ramainya kantin siang itu. Tidak jauh dari tempatnya, dia melihat Ifan berjalan menghampirinya. Nita memberikan senyum termanisnya, namun senyumannya seketika sirna dan tergantikan oleh rasa sedih, kecewa dan tidak percaya.

Selama ini, Ifan memang di gosipkan dengan Cindy. Namun, Nita selalu berusaha mempercayai Ifan dan tidak memperdulikan gosip itu. Tapi, kali ini dia terpaksa mempercayai semua gosip dan omongan teman-temannya. Di depan matanya, terlihat adegan yang membuatnya tidak percaya. Ifan dan Cindy sedang berpelukan!

Perasaannya kini kalut. Rasa sedih, kecewa dan tidak percaya kini bercampur jadi satu dalam hatinya. Hatinya terasa sakit. Dia tak pernah menyangka kenyataan akan sepahit ini. Cowok yang selama ini menemani hari-harinya, membuatnya selalu tersenyum, cowok yang sudah ia percaya ternyata justru sekarang mengkhianati dan membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Ifan yang baru menyadari perbuatannya menjadi pusat perhatian,segera melepaskan pelukannya pada Cindy. Tiba-tiba saja Ifan teringat seseorang. Di carinya orang tersebut, namun tak di temukannya sosok Nita. Ifan yakin, saat ini Nita pasti sedang menangis dan kecewa dengannya. Segera saja Ifan berlari keluar kantin untuk mencari Nita. Menjelaskan jika apa yang di lihat dan di dengar Nita bukanlah seperti apa yang terjadi.

“Nit, tunggu. Gue mau jelasin semuanya ke lo.” Ifan berusaha mencegah Nita berjalan lebih cepat lagi dan semakin menjauhinya.

“Mau jelasin apa lagi? Mau nyangkal kalo lo uda selingkuh sama si Cindy? Mau bilang kalo lo tuh gak ada apa-apa sama Cindy?”

“Tapi emang gitu kenyataannya, Nit.”

“Terus, apa arti semua yang gue liat tadi? Jelas-jelas lo meluk dia. Gue liat pakai mata kepala gue sendiri, Fan. Selama ini gue berusaha percaya sama lo. Gak ngedengerin semua omongan anak-anak. Tapi tadi, gue liat sendiri lo peluk Cindy.” tangis Nita semakin menjadi.

“Tapi itu semua gak kayak yang lo pikirin.”

“Udalah. Gue uda sakit hati sama lo.” Nita segera pergi ke kelas. Tak peduli dengan pandangan heran siswa-siswa lain yang melihatnya.

*****

Semenjak kejadian itu, Nita dan Ifan menjadi semakin jauh. Hubungan mereka nggak sedekat dulu lagi. Kesempatan ini di manfaatkan Cindy untuk mendekati Ifan. Setiap hari Cindy selalu mencoba menarik perhatian Ifan. Dari hari ke hari mereka semakin dekat. Sampai terjalinlah sebuah ikatan di antara mereka. Tapi, tetap saja semua itu nggak bisa merubah perasaan sayang Ifan ke Nita. Cindy merasa sayang Ifan tidak sepenuhnya untuknya. Lama-kelamaan, Cindy tidak kuat diperlakukan seperti itu oleh Ifan. Dia pun menumpahkan semua perasaannya ke dalam sebuah surat. Surat itu dia titipkan pada pembantu Ifan, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pindah sekolah ke Amerika.

*****

Makasih, Fan selama ini lo udah ngijinin gue buat ada di hidup lo. Makasih udah mau jadi cowok gue meskipun gue tau hati lo bukan buat gue. Ternyata gue gak bisa jadi cewek spesial di hati lo, Fan. Gue minta maaf. Gue uda ngerusak hubungan lo sama Nita. Yang buat gosip itu adalah gue. Gue juga yang nyuruh temen-temen buat nyebarin gosip itu. Dan gue juga yang dengan sengaja nabrak lo di kantin waktu itu. Gue kira dengan cara itu gue bisa ngedapetin lo. Emang akhirnya gue bisa ngedapetin lo. Gue berhasil jadi pacar lo. Tapi, gue gak bisa jadi satu-satunya cewek yang selalu ada di hati lo. Gue sadar, kok, gue kayak gimana. Mungkin di mata lo, gue ini cewek murahan tapi semuanya gue lakuin karena gue sayang sama elo, Fan. Mungkin cara gue yang salah, karena itulah sekarang gue minta maaf sama lo. Sama Nita juga. Sekarang gue sadar, gak akan ada yang bisa misahin cinta kalian. Gue salut sama kalian. Gue gak mau terlalu larut sama kesedihan ini, Fan. Makanya gue mutusin buat pindah ke Amerika. Maaf sekali lagi, gue gak pamit sama kalian. Gue gak mau nginget semua ini lagi, Fan. Biarin lo jadi masa lalu gue. Cinta pertama gue. Cinta pertama yang gak akan pernah gue milikin. Setelah ini, lo temuin Nita ya. Lo ajak dia balikan. Gue yakin, kok, dia juga masih sayang sama lo. Jangan sakitin dia, Fan. Demi gue yang sayang sama lo. Demi gue yang pernah ngisi hidup lo. Jangan pernah lo tinggalin Nita. Lo jaga dia baik-baik, ya. Dia cewek hebat, Fan. Dia lebih pantes buat jadi pacar lo. Buat jadi pendamping lo nanti. Gue udah rela dan ikhlas kalo lo sepenuhnya jadi milik dia. Oh, ya, bilangin juga gue nitip salam dan nitip maaf buat dia. Every moment with you is the sweetest one :’) Makasih buat semuanya.

Salam Sayang,

Cindy

Ketika membaca surat itu, dia merasa hatinya tersentuh. Tak pernah di sangka olehnya, bahwah sebegitu besar cinta Cindy untuknya. Namun, apa daya dia memang masih mencintai Nita. Hatinya selamanya akan tetap jadi milik Nita. Nita adalah cewek pertama yang sudah mengisi kekosongan hatinya. Nita jugalah yang dia harapkan menjadi cewek terakhir yang mendampinginya di akhir hidupnya nanti.

Ifan bergegas menuju garasi rumahnya. Dia akan pergi ke rumah Nita dan menjelaskan semuanya. Dia ingin hubungannya dengan Nita bisa kembali berjalan baik dan bahkan lebih dari itu. Ifan segera mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi menembus dinginnya angin malam.

*****

                Dddddrrrrttt…Ddddrrrttt… Dering hp Nita mengagetkannya dari lamunannya. Terlihat di layar nomor yang tidak dia kenal.

“Halo.”

“Iya. Halo.”

“Nit, gue Siska, sepupunya Ifan. Ifan kecelakaan. Sekarang lo cepet ke rumah sakit harapan bunda. Gue tunggu disini.”

Setelah mendengar kabar itu, Nita segera berganti pakaian dan menuju ke Rumah Sakit. Di sebuah ruangan, dia melihat Ifan yang sedang berusaha di selamatkan oleh dokter. Tak kuasa dia menahan tangis melihat cowok yang di cintainya terbaring kesakitan. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk punggungnya. Nita berusaha menghapus air matanya.

“Tadinya Ifan mau ke rumah lo. Mau ngasih ini.” Siska memberikan sebuah kertas.

Nita tak menjawabnya. Namun, tatapannya menyiratkan pertanyaan pada Siska.

“Gue juga gak tau. Tapi tadi sebelum dia berangkat dia bilang ke gue kalau dia pengen lo tau semuanya.”

Dengan tangan yang masih gemetaran dia membuka kertas itu. Dibacanya isi surat tersebut. Perlahan air matanya mulai kembali menetes. Nita tidak menyangka bahwa selama ini Ifan tidak bersalah. Dia terlalu egois. Terburu-buru menyimpulkan pendapatnya tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Ifan terlebih dahulu.

*****

Sudah seminggu ini Ifan di rawat di rumah sakit. Keadaannya masih tetap sama. Belum ada perubahan yang berarti. Sepulang sekolah, Nita sudah berada di rumah sakit untuk menjaga Ifan. Biar bagaimanapun, Ifan seperti ini juga karena dia.

Digenggamnya tangan Ifan. Berharap Ifan bisa segera sadar dan menjalani semua bersama nya lagi. Tiba-tiba tangan Ifan bergerak.

“Nit.”

“Iya, Fan. Gue disini. Lo mau apa?”

“Gue sayang sama lo. Gue mau lo disini. Temenin gue, Nit. Gue sakit.”

“Iya, fan. Gue disini, kok. Gue di samping lo. Lo tahan, ya, gue panggilin dokter.” Air mata Nita mulai jatuh.

“Nit. Lo jangan nangis. Gue nggak mau liat lo nangis.”

“Iya, Fan. Gue gak nangis, kok.” Digenggamnya makin erat tangan Ifan. Air mata Nita mengalir semakin deras.

“Maafin gue, Nit udah nyakitin lo.”

“Gue yang harusnya minta maaf, Fan. Lo nggak salah, gue yang salah.” Semakin berderai air mata Nita melihat kondisi Ifan saat ini.

Tiba-tiba genggaman Ifan ditangan Nita menjadi semakin kuat. Nafas Ifan mulai tersenggal-senggal. Ifan mulai merasakan sakit diseluruh tubuhnya.

“Gu..e sa..yang sa..ma lo, Nit. Se.. La.. Ma.. Nya..” setelah mengucapkan kata itu mata Ifan tertutup, tapi mulutnya tampak memberikan sebuah senyuman untuk Nita.

“Dook. Dokter, tolong, dok.”

Melihat kondisi Ifan, dokter segera memeriksa denyut nadi Ifan.

“Dok, gimana keadaan Ifan? Ifan masih hidup, kan?” Nita bertanya dengan nada khawatir.

Dokter tidak menjawabnya, hanya gelengan yang membuat jawaban dari pertanyaan Nita.

“Fan, bangun, Fan! Lihat gue, Fan! Gue udah percaya sama lo. Gue pengen kita kayak dulu lagi. Kita main kejar-kejaran, makan es krim bareng. Bangun, Fan. Cepatan bangun, fan!”. Di guncangkannya tubuh Ifan, berharap cowok yang di cintainya itu bisa bangun dan menjalani kembali hari-hari yang telah dia sia-siakan.

*****

Setelah kejadian itu, Nita menjadi sosok cewek yang pendiam. Dia lebih suka mengurung diri di kamar. Di sekolah, dia juga lebih suka menyendiri. Entah kenapa setelah kepergian Ifan, Nita merasa dirinya kehilangan semangat. Tak ada lagi yang membuat hari-harinya seceria dulu. Tak ada lagi canda dan tawa Ifan.

Sudah banyak cowok yang berusaha mendekati Nita. Namun, tetap saja Nita selalu menghindar. Sahabat-sahabat serta keluarganya bingung atas perubahan drastis dari sikap Nita. Mungkin karena memang mereka tidak merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Nita.

*****

Meski Ifan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Namun, cinta tulus Ifan masih di rasakan oleh Nita sampai saat ini. Begitupun dengan Nita. Dia yakin, pasti disana Ifan juga bisa merasakan rasa cinta tulus yang diberikan oleh Nita.

Perlahan-lahan Nita mencoba untuk kembali bangkit. Tak ingin lagi berlama-lama larut dalam kesedihannya.

 

Tinggalkan komentar